Derap riuh tabuhan ‘Gondang Batak’ dan kumandang Lagu ‘O Tano Batak’ denganrentak tarian Tor-tor serta lagu khusus ‘Propinsi Tapanuli’ menyambut realisasi penandatanganan naskah rekomendasi persetujuan pembentukan Propinsi Tapanuli, di kantor DPRD SU, Selasa (24/4). Massa berpakaian adat Batak lengkap dengan tongkat Tunggul Panaluan yang ditampilkan rombongan massa dari Forum Komunikasi Batak Tobasamosir-Samosir-Humbang Hasundutan dan Taput (Tobasahuta) dari Deli Serdang, tampil memukau sehingga aksi demo tampak spektakuler, berlangsung relatif aman walau tampak riuh gemuruh.
Ini terjadi, karena tuntutan warga Sumut dari daerah Tapanuli, untuk tahap pertama gol…! Propinsi Tapanuli dipastikan akan meluncur segera ke meja Menteri Dalam Negeri dan DPR RI setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) Abdul Wahab Dalimunthe SH, tepat pukul 13.43 WIB menandatangani rekomendasi pembentukan Propinsi Tapanuli, yang selama ini dinilai tersendat—sendat dengan segudang janji dan alasan para legislatif tersebut.
Penandatanganan itu akhirnya dilakukan setelah melihat desakan puncak massa yang terdiri dari sedikitnya 24 elemen masyarakat dari kawasan Tapanuli Plus Medan, Langkat dan Deli Serdang, Tapteng, Sibolga, Taput, Tobasa, Humbahas dll. Semula, ketika Ketua DPRD SU itu digiring paksa oleh massa ke atas ‘mimbar rakyat’ berupa truk besar di depan tangga gedung dewan pada pukul 12:23 WIB, dia menyatakan telah mem-paraf surat rekomendasi itu dan akan menandatanganinya secara resmi, Rabu pukul 10.00 WIB. Alasannya, agar jangan terkesan bahwa penandatanganan itu baru dilakukan karena adanya desakan massa.
Ketika membacakan naskah rekomendasi persetujuan propinsi Tapanuli itu, Wahab Dalimunthe dan Wakil Ketua Japorman Saragih dengan pengawalan ketat polisi, dilapis para tokoh yang mewakili massa seperti Drs Tahan M Panggabean dari GMDI, Datumira Simanjuntak SH, Sanggam SH Bakkara dari P4T, Saut MP Simbolon dari PPRN, Halomoan Tobing dari PPLSB, Ir Hasudungan Butar-butar (P4T), Hulman Sinaga dari Dairi, Budiman Nadapdap (DPRDSU), Elbiner Silitonga (DPRDSU), Ustadz Kumpul Siagian dan Siti Syarifah Sitorus dari Tobasahuta, Deli Serdang dll.
Massa awalnya setuju dengan janji itu dengan alasan menghargai niat baik pimpinan dewan. Sambil menunggu dengan menahan emosi massal, massa pendukung melakukan orasi dan bernyanyi lagu-lagu perjuangan, misalnya lagu Maju Tak Gentar, Propinsi Tapanuli, O Tano Batak, dll yang diiringi lagu dan tarian ‘Tor-tor’ Batak para massa yang mengenakan kain selempang khas Batak (ulos). Bahkan pekik-pekik Allahu Akbar—Allahu Akbar pun terdengar diserukan Ustadz Kumpul Siagian dan peserta dari Kota Sibolga, di antara pekik Hidup Tapanuli, Teken Rekomendasi, Wahab… Penuhi Janjimu, Syukran Tanjung Dimana Kau…dsb.
Usai kumandang Lagu ‘Aku Anak Medan’, orasi terputus ketika kordinator massa (dari komponen massa sopir Angkot di Medan—Red.) Jumongkas Hutagaol tiba-tiba menyerukan agar massa sebaiknya merangsek masuk ke dalam kantor dewan. Soalnya, diperoleh info ada yang “tak beres’ di dalam ruang pimpinan dewan soal janji penandatanganan rekomendasi tersebut. Massa kembali berteriak mendesak agar rekomendasi ditandatangani hari itu juga. Ir KCT Sianturi di depan kantor ketua DPRDSU berulang-ulang berteriak bahwa massa takkan bubar dan pulang bila Wahab tak menandatangani rekomendasi. Di dalam ruang sidang lantai dua, kordinator aksi massa daerah Ottonier Simanjuntak juga menegaskan pihaknya siap masuk dan tidur di halaman atau ruang kantor dewan bila rekomendasi tak diteken. Sementara itu di luar gedung, aksi mahasiswa tak terhempang sehingga pintu besi pagar kompleks gedung DPRDSU pun akhirnya tumbang didobrak…
Akhirnya, tepat pukul 13.43 WIB, surat rekomendasi diteken dan kemudian dibawa anggota DPRDSU Drs Burhanuddin Rajagukguk ke ‘mimbar’ untuk dibacakan di hadapan massa yang sejak jam 09.00 WIB telah berkumpul dan berkerumun di depan gedung dewan itu. Gondang pun ditabuh lagi, dengan semangat dan gembira massa bersorak dan bernyanyi: O Tano Batak…..Haholanganku.
Sorak riuh yang menggema pun akhirnya ‘memecah’ suasana kompleks dewan (DPRDSU). Secara spontan massa pun menyanyikan lagu Indonesia Raya dan disambung lagu Propinsi Tapanuli. Massa dari kalangan warga Batak Muslim dan Kristen tampak kompak menyatu. Ustadz Kumpul Siagian dan Siti Syarifah dari Forum Komunikasi Batak Tobasahuta (FKBT) Deli Serdang kembali menyebut Allahu Akbar dan Alhamdulillah. Sejumlah massa pun terharu dengan air mata.
Unjuk rasa besar ini, bukan saja diikuti mahasiswa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM-LSM) melainkan juga dari kalangan pedagang pusat pasar yang dominan para kaum ibu. Selain itu massa juga terdiri dari para kaum ibu berkerudung (wanita muslimah) dari Medan, Langkat, dan Deli Serdang. Sembari berorasi dan bernyanyi mereka juga memajang ratusan spanduk di dalam dan luar gedung: antara lain berbunyi: Bubarkan Pansus, Propinsi Tapanuli Harga Mati, Tangkap Syukran Tanjung.
“Dari 27 komponen masyarakat yang terdaftar ikut demo, sedikitnya 24 komponen massa hadir mengerahkan massa agar Propinsi Tapanuli jadi. Ini merupakan sikap puncak atas kesabaran panjang menunggu rekomendasi selama ini,” ujar Ir Raya Timbul Manurung sebelum membacakan konsep naskah rekomendasi di ruang sidang paripurna.
Para komponen massa itu terdiri dari 10 delegasi warga daerah (Taput, Tobasa, Samosir, Dairi, Pakpak Bharat, Humbang Hasundutan, Tapteng, Sibolga, Nias, dan Nias Selatan). 5 delegasi mahasiswa (ITM, UHN, US XII, Unita Silangit, STMIK-SM XII), 3 organisasi marga (Tobing, Nababan, Silitonga), 4 Ormas/Parpol (GMDI, GAMKI, PPRN, PWKI), 2 organisasi gereja (HKBP Distrik Medan Aceh dan Wanita PGI), dan beberapa massa spontan seperti Warga Pasar XII Marindal, Kesper, dan delegasi warga pendukung Tapanuli dari Langkat, plus… Inang-Inang Pusat Pasar (Iin Puspa) dan sejumlah masyarakat asal Menado seperti Jeffry Porie dll..
0 Responses to "Gondang dan Tor-tor":
Posting Komentar